Mengenal jenis-jenis alat pemadam kebakaran Energy Academy

Jenis-jenis Alat Pemadam Api yang Praktis Atasi Kebakaran Sesuai Penyebabnya

Alat pemadam api atau alat pemadam kebakaran menjadi instrumen yang wajib ada di lingkungan perusahaan migas. Sebab, sebagaimana jamak diketahui, industri migas adalah industri yang memiliki risiko tinggi terhadap kebakaran.

Mengingat, industri migas bersentuhan dengan bahan-bahan yang mudah memicu kebakaran. Seperti minyak, gas, percikan api, bahan kimia berbahaya, hingga tegangan listrik tinggi.

Oleh karena itu, penting kiranya mengetahui jenis-jenis alat pemadam kebakaran yang harus tersedia di lingkungan perusahaan migas. Namun, sebelum itu, perlu jadi pengetahuan juga mengenai kluster kebakaran. Secara ringkas, kluster kebakaran meliputi:

  1. Kelas A: Kebakaran yang melibatkan bahan padat seperti kayu, kertas, kain, dan plastik.
  2. Kelas B: Kebakaran yang melibatkan bahan cair atau gas yang mudah terbakar, seperti bensin, alkohol, cat, atau gas LPG.
  3. Kelas C: Kebakaran yang melibatkan peralatan listrik, seperti televisi, komputer, atau kabel listrik.
  4. Kelas D: Kebakaran yang melibatkan logam yang mudah terbakar, seperti magnesium, aluminium, atau titanium.

Sementara inilah beberapa jenis alat pemadam kebakaran yang bisa menyesuaikan kebutuhan pada kelas mana kebakaran terjadi:

Alat pemadam api (kebakaran) ringan (APAR)

Alat pemadam jenis ini cocok untuk mengatasi kebakaran ringan (kelas B). Jenisnya meliputi, bubuk kering (dry powder), karbon dioksida (CO2), busa (foam), dan air bertekanan.

Penggunaan APAR pun lebih mudah karena sifatnya yang portabel dan cara penggunaannya yang tidak terlalu rumit. Hanya saja, kepasitasnya terbilang terbatas. Jadi hanya bisa digunakan untuk mengatasi kebakaran kecil di tingkat awal.

Alat pemadam api (kebakaran) berat (APAB)

Seperti namanya, alat pemadam ini berguna untuk mengatasi kebakaran besar. Misalnya kebakaran akibat tumpahan minyak dan sejenisnya.

Adapun jenisnya yakni, troli busa, bubuk kering, atau air dengan kapasitas besar. Ada juga hydrant dan monitor yang bisa menyemprotkan air dalam kapasitas besar.

Karena kapasitasnya lebih besar dari APAR, daya tahan APAB tentu jauh lebih kuat. Jangkauannya pun lebih luas. Akan tetapi, penggunaan APAB tidak sepraktis APAR. Sebab, butuh orang terlatih untuk mengoperasikannya.

Pemadam api khusus

Bahan alat pemadam kebakaran jenis ini pun terbilang khusus. Ada yang berupa pasir. Ada pula yang berupa bahan kimia. Mengingat, alat pemadam kebakaran khusus ini memang diperuntukkan untuk mengatasi kebakaran khusus (kelas D) seperti kebakaran logam.

Alat jenis ini pun terbilang jarang terpakai. Hanya saja, keberadaannya tetap penting di sektor-sektor yang berurusan dengan logam.

Deteksi otomatis

Selain keahlian manusia, penerapan teknologi juga menjadi bagian dari upaya mengatasi kebakaran. Termasuk dalam industri migas.

Teknologi yang dimaksud adalah pemadam api otomatis. Sebut saja di antaranya, sprinkler, sistem busa (foam system), sistem gas (FM-200 atau CO2), serta water mist.

Teknologi ini cukup dipasang di titik-titik tertentu. Terutama titik potensi kebakaran.

Secara otomatis teknologi ini akan mendeteksi adanya kebakaran dan akan langsung melakukan penyemprotan tanpa harus menusia kendalikan.

Nah, perusahaan migas harus memberi pembekalan K3 terkait cara pengoperasian alat pemadam kebakaran tersebut agar pekerja bisa cepat tanggap kala kebakaran terjadi.

ika kamu menginginkan training dan sertifikasi dari lembaga yang baik dan bermutu, Energy Academy  adalah pilihan tepat untuk menunjang tujuanmu. Lihat daftar program pelatihan dan sertifikasi Energy Academy.

Artikel Terkait: Peran Pengawas K3 dalam Pencegahan Kebakaran di Industri Migas